Menyenangkan sekali jalan-jalan di Singapura, karena anti macet sebab jalur transportasi massal-nya jalan dan sangat nyaman. Asal rajin aja jalan kaki menuju dan dari stasiun MRT yang seringkali lokasinya ada di bawah mall-mall pusat kota. Dus, sret sret, tahu-tahu kita sudah sampai di destinasi wisata yang mau kita kunjungi.
Stasiun MRT memang ada di mana-mana di Singapura. Di pusat kota, jalur MRT
berada di bawah tanah, sedangkan di pinggir kota, MRT memakai jalur
kereta layang. Akses menuju stasiun di bawah tanah
bisa bermacam-macam caranya. Terkadang akses ke MRT dari dalam pertokoan alias mall
seperti di Orchard, atau dekat perempatan seperti di Chinatown.
Jadi saat mencari stasiun MRT terdekat dari lokasi saat itu, musti memperhatikan sekeliling. Mencari plang berwarna merah hijau, dengan gambar KRL tampak muka dan tulisan 'MRT'. Bisa juga plang hijau dengan logo menyerupai daun berwarna kuning. Plang semacam ini biasanya diikuti dengan petunjuk arah dan jarak. Nah ikuti saja ke arah mana stasiun MRT yang terdekat. Sehingga jalan kakinya nggak terlalu theol alias capek hehe
So, aku menemukan stasiun MRT Ghoby Dhaut lah yang paling dekat dari hotel Chancellor Orchard, base camp selama di Singapura ini. Dari dan menuju sinilah, tiap hari petualangan dimulai dan berakhir.
MRT Singapura ini mempunyai empat jalur. Ada East West Line (hijau) yang melayani Bandara Changi dan Pasir Ris menuju Joo Koon. Ini jalur bagi mereka yang datang dengan pesawat.
Lalu ada North South Line (merah) yang melayani jalur Marina Bay sampai Jurong East. Merupakan jalur yang sering dipakai untuk menuju kawasan belanja Orchard Road. Terus ada North East Line (ungu) dari Punggol sampai Harbour Front. Waktu diriku ke Little India dan belanja di Mustafa pakai jalur ini nih. Buat yang mau ke Chinatown juga jalur ini yang digunakan.
Kemudian ada jalur Circle Line (kuning) yang memutari pusat kota Singapura dari Harbour Front sampai Marina Bay.
MRT alias kereta ini bersih dan rapi banget. Baik fisik keretanya, fasilitasnya, sistem juga pelayanannya so wonderful. Untuk bisa naik MRT, kita musti membeli tiket elektronik dari alat menyerupai ATM yang disebut GTM, General Ticketing Machine. Untuk tiket sekali jalan, kita akan mendapatkan tiket standar berbahan plastik dan berwarna hijau.
Mudah banget cara membeli tiketnya. Perhatikan layar petunjuk di GTM yang akan memberikan pilihan, apakah mau beli tiket ataukah yang lain. Pilih 'Buy Standard Ticket' untuk sekali jalan, selanjutnya pilih stasiun tujuan dalam layar sentuh. Mesin akan menghitung ongkos tiket biasanya S$1-3 tergantung jarak, kemudian masukkan uang sebesar yang diminta dari slot koin atau slot uang kertas.
Bila uang kita lebih, mesin secara otomatis akan memberikan uang kembalian. Harga tiket termasuk dengan deposit S$ 1 yang bisa di-refund dengan dimasukkan lagi ke dalam GTM jika sudah tiba di tempat tujuan.
Kalau kurang jelas caranya, atau ragu-ragu, tanya saja sama mereka yang dekat dengan mesin tiket ini. Atau tanya ke petugasnya yang suka ada di sekitar sana.
Kerapian MRT ini tak lepas dari kedisiplinan penumpang yang tertib saat naik. Semua antri dengan sabar dan sesuai giliran. Nggak ada dorong-dorongan atau serobot-serobotan. Hehe. Cukup dengan menyentuhkan tiket plastik pada portal untuk membuka pintunya agar kita bisa menuju ke peron.
Di peron sudah diberikan garis pembeda pada lantai untuk penumpang yang mau naik dan mau turun, agar tidak bertabrakan. Mereka yang mau turun lah yang didahulukan.
Gerbong MRT cukup lebar dan nyaman. Seperti KRL atau BRT di Indonesia, di MRT ada juga beberapa tempat duduk prioritas untuk ibu hamil, ibu dengan anak, orang sakit dan manula, yang ditandai dengan gambar khusus. Jika saat itu kita kebetulan duduk di tempat seperti ini, segera berikan berikan tempat duduk ini kepada mereka yang lebih berhak, walaupun tidak diminta.
Kebersihan dan kerapian MRT ini juga karena tak ada yang merokok, makan dan minum dalam kereta. Barang yang mudah terbakar, juga dilarang dibawa dalam MRT. Pun durian yang baunya sangat menyengat. Ada dendanya jika nekat membawa barang-barang itu. Nekat merokok didenda S$ 1.000, makan minum didenda S$ 500 dan bawa bahan berbahaya didenda S$ 5.000!
Membawa peta dalam ransel serta memperhatikan peta rute dipasang di dalam MRT, juga papan elektronik yang menjelaskan tujuan selanjutnya, menjadi bekal penting saat naik MRT.
Oh ya, selain tiket standar, MRT juga memiliki tiket EZ Link S$ 12 dan Singapore Tourist Pass S$ 8/hari. Kartu ini bisa dipakai berkali-kali dengan model pra-bayar dan isi ulang. Harganya lebih mahal dari tiket standar, tapi sangat praktis karena kita tak usah bolak-balik ke GTM yang memakan waktu.
Bergantung dengan kebutuhan kita terhadap MRT juga sih. Jika frekuensi penggunaan MRT sangat sering, beli saja EZ Link atau Tourist Pass. Namun kalau hanya butuh MRT dari hotel ke destinasi wisata di Singapura pada pagi hari, dan baru memakainya lagi ketika kembali ke hotel pada sore dan malam hari, lebih baik beli tiket standar saja
Wah, jadi kangen naik MRT lagi nih. Hehe
Ayo naik MRT lagi yuuuuk :))
0 Komentar