11 September 2017 kemarin ini menjadi salah satu hari bersejarah bagiku. Malam itu sesungguhnya aku terkejut, surprise banget. Jadi karena anak perempuanku lagi sakit cacar, aku sebenarnya agak dilema. Antara antusias menghadiri undangan Sarasehan Literasi di Pendopo Kabupaten, atau sekedar datang sebentar untuk setor wajah dan mengisi presensi lalu buru-buru pulang menemani anakku yang sakit. Ya gitu deh, permasalahan emak-emak di seluruh dunia. Antara rumah dan luar rumah memang kadang-kadang meng'ewuh'kan.
Dus, kuputuskan bakda maghrib, sesuai jam yang tertulis di undangan, aku datang ke pendopo Kabupaten. Mengisi presensi, ambil snack, lalu salaman dengan beberapa orang yang tampak di sana. Beberapa di antaranya adalah panitia dan protokoler Kabupaten. Setidaknya mereka tahu dan lihat kalau aku sudah hadir tepat waktu. Karena acara akan dimulai dengan makan malam dulu, maka kulihat aku punya spelling beberapa menit sebelum acara inti dimulai. Jadi aku melarikan diri sebentar ke rumah untuk menengok anakku.
Dia senang aku pulang dan membawakan snack. Selama kurang lebih empat puluh menit-an aku menemani dia makan dan mengobrol. Baru kemudian kuputuskan untuk kembali ke pendopo karena terus terang aku penasaran juga dengan isi sarasehan literasi nanti.
Untung lho aku balik ke pendopo. Bayangkan kalau nggak? Karena ternyata namaku dipanggil ke depan untuk menerima trophy Apresiasi Literasi dari Pemkab yang diserahkan sendiri oleh Pak Bupati. Hadeuh, kan berabe kalau namaku dipanggil, tapi ternyata aku nggak hadir.
Alhamdulillah wa syukurillah. Jadi memang malam itu benar-benar surprise buatku. Sebuah kehormatan dan penghargaan yang tak kusangka-sangka sebelumnya. Meskipun ya pernah terbersit di benak ketika sempat melihat penulis-penulis di luar sana mendapatkan award serupa. Semoga Allah senantiasa meridloi dan memberikan pertolonganNya dalam setiap langkahku mengemban amanah ini. Aamiin ya robbal alamiin.
Setelahnya aku sedikit menyesal kenapa kostumku agak kurang ciamik, bahkan sandalku sebenarnya agak robek sedikit di bagian pojok kirinya. Padahal malam itu penyerahan Apresiasi Literasi diliput oleh TVRI Jawa Tengah. Hiks.
Hahaha....... Tapi nggak kelihatan kan?
Jadi malam itu yang dipanggil maju ke depan, ada 9 orang. Ada bu Nur yang dapat trophy penggiat literasi, lalu si #DN paradoks yang ketiban sampur kabegjan dapat trophy Apresiasi Literasi, dan 7 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dapat donasi masing-masing 5 juta rupiah.
Jadi malam itu yang dipanggil maju ke depan, ada 9 orang. Ada bu Nur yang dapat trophy penggiat literasi, lalu si #DN paradoks yang ketiban sampur kabegjan dapat trophy Apresiasi Literasi, dan 7 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dapat donasi masing-masing 5 juta rupiah.
Pas keesokan paginya anak perempuanku lihat trophy-nya yang kubawa pulang ke rumah, keluar deh kekritisannya seperti halnya sang kakak.
Dia menyeletuk, "Mi, trophy-nya bisa dijual? Laku berapa?"
Hahahaha....lalu aku jadi menjelaskan padanya apa yang disebut sebagai intangible asset.
Sarasehan Literasi di Pendopo Kabupaten yang dihadiri 100-an tamu undangan malam itu berlangsung sampai tengah malam. Ada pakar literasi yang datang dari Surabaya untuk menyampaikan paparan dan gagasan literasi. Dilanjut diskusi seru dengan stake holders serta hadirin yang berasal dari berbagai latar belakang dan profesi.
Tapi aku terpaksa tidak sampai tengah malam karena kepikiran terus ama anak yang lagi sakit, jadi aku pamit duluan. Sehingga tidak sempat wawancara dengan wartawan media massa maupun TVRI nya, karena sesi wawancara ada di penghujung acara. Maaf ya....hiks hiks.
Terima kasih ya Kota Waliku tercinta atas kado spesialnya hari ini. Love you more, deh.
Love Love :))))
2 Komentar
Barakallah mbak. Moga tulisan mbak dian makin bermanfaat buat masyarakat 😊😊
BalasHapusAamiin aamiin aamiin ya robbal alamiin. alhamdulillah. terima kasih ya:)
Hapus