Setelah kemarin membahas perihal kegandrungan, kali ini kita bahas perihal 'otomatis' ya. Gimana sih kiatnya biar otomatis sugih, otomatis kaya, otomatis mapan sejahtera, berkah loh jinawi.
Iseng seperti biasanya, aku bercakap-cakap dengan diriku sendiri dengan ngecuit di twitter.
Saat ngaji di madrasah n pondok, dpt konsep bhw kalau mencari akhirat, sekaligus dpt dunia. Saat liqo,dpt konsep in tanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum Ibu ngedogma konsep klo nyekel quran,dunyone mesti kopen
oh ya, ama konsep dr alm bapak. kalau solih, alim, pinter agamanya otomatis pinter juga yg lain2nya.
'otomatis' itu (kata) kuncinya. hal2 langit yg kdg jd merasa gak perlu mempertanyakan. yo dilakoni wae, dirasakno dhewe langsung, bener rak, buktikan sendiri Ketrigger bikin risetnya kan ya. Gmn tuh kok bisa gitu?
Tapi.... kayaknya memang ada hal2 yg gak perlu di-riset, cukup diyakini dan dilakoni saja. Hal2 yg 'langit'.
Btw, aku beneran iseng nyari di google scholar pakai kata kunci "hubungan hafal quran dan kemapanan kesejahteraan"
Jadi inget dulu ada pengusaha yg nafsirin ngendikane bib luthfi dg buru2 brangkat amrik buka cabang. pas gak sukses, matur lagi ke bib luthfi lalu beliau ngendiko ekspansi gak hrs berada scr 'fisik' di amrik. online networking bisa *contoh nafsirin 'langit' dg salah pdhl maksud langitnya gak gitu:D
Lalu tadi pagi tiba-tiba pemikiran lama yang ada di kepalaku nyembul lagi.
Perihal otomatis itu mgkn penjelasannya gini. jd krn mrk yg sholih, hafidzul quran, hamilulqur'an, orientasinya akhirat dll, jd lbh jernih dan dekat pdNya. shg bs melihat lbh jelas, clair voyance, lbh titis, intuisinya lbh tajam dst. jd sukses,sejahtera
apakah ada yg sdh mengelaborasinya dlm riset utk dpt scientific provennya atau belum, aku gak tahu
Allah mengangkat derajat siapa yg Dia kehendaki, dan menurunkan derajat siapa yg Dia kehendaki. Ada pakemnya.
(then, jadi ingat suatu puzzle dalam hidup. I realized where it began. Smoga mjd pelebur dosa2 jk ridlo, ikhlas, taubat, dan berusaha memperbaiki diri. Aamiin. Khouf&roja. Kontemplasi&move on. Look backward&forward)
kenapa gusti Allah sdh kasih tips, resep, pakem yg pasti thokcer gitu, tapi kita masih mencoba2 yg lain?
Padahal Allah selalu menolong, apa yg sesungguhnya menghalangi kita menghadapkan wajah (hanya) padaNya.
apakah wajah putus asa kita berubah menjadi semacam kemarahan yang terselubung? apakah kita seolah ridlo tapi sebenarnya menuntut (lebih)? apakah kita menghindar dari keharusan berterima kasih?
apakah kita sesungguhnya menghindar dari menerima keberkahan dan berkelimpahan yg niscaya atas kebaikan bersedekah? apakah kita terlalu linier sehingga tidak melihat yg pararel? apakah kita terlalu sempit shg tdk bisa melihat yg lebih luas?
apakah pandemi dan kematian2 tak juga menggugah hatimu utk berubah? shifting? elevating? apakah kamu akan terus sembunyi di balik alibi kekecewaan2 yg sesungguhnya mungkin itu pelajaran utk melentingkanmu lbh tinggi jika ikhlas dan rebound? Sampai kapan?
Fakta bhw ada org2 yg membohongi dan mengecewakanmu tak seharusnya menjadikanmu resistant selamanya. you need to be re-open. forgive yourself and set free your soul.
Apakah kita menjadi bungkam demi menghindari keharusan ikut bertanggungjawab sbg bagian dr society dan family. Sbg org yg mestinya ikut mengkritik, mengingatkan, memberdayakan, memberi alternatif solusi. Apakah hy krn ewuh pakewuh boundaries, for the shake of javanese tradition,
lalu kita memilih menarik diri, sembunyi, menjauh, pura2 tak lihat, pura2 tak dengar Ketdkpedulian atau keengganan berkonflik Berpikir bhw ketdksamaan persepsi atas suatu hal membebaskan kita dr involve for problem solution Are we ignorant? Are we egoist? Yes. & tetap berdalih
Eh ndilalah ada cuitan Syekh Mufti Menk lewat dan relate dengan pembahasanku.
Faith is powerful. When you’re able to accept everything that happens to you as part of the Almighty’s plan, you’re on the road to something greater. Remember, one day, all the pieces of the puzzle will fit and you’ll be so pleased that you remained patient right till the end!
0 Komentar