Dian Nafi Finalis Falling Wall Labs

Dian Nafi  Finalis Falling Wall Labs 



Hari itu, suasana di Universitas Petra begitu semarak. Dian Nafi berdiri di tengah panggung, bersiap menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya—pitching ide tentang sustainable Islamic co-living di ajang bergengsi Falling Walls Labs. Di hadapannya, ratusan mahasiswa Petra duduk dengan antusias, mata mereka tertuju pada presentasi yang akan segera dimulai. Di barisan depan, belasan juri dengan berbagai latar belakang keahlian duduk mengamati, siap mengevaluasi ide-ide yang berusaha meruntuhkan tembok permasalahan global.

Dian menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Ia tahu ini bukan sekadar presentasi biasa. Idenya tentang sustainable Islamic co-living bukan hanya soal hunian bersama yang ramah lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan ruang yang selaras dengan nilai-nilai Islami, menjawab kebutuhan komunitas Muslim yang kian sadar akan pentingnya gaya hidup berkelanjutan.

Dalam beberapa menit yang singkat namun penuh makna, Dian menjelaskan visi co-living yang tidak hanya berfokus pada efisiensi energi dan ramah lingkungan, tetapi juga pada kebersamaan, solidaritas, dan spiritualitas. Dia menguraikan bagaimana ruang-ruang ini bisa menjadi solusi nyata terhadap krisis perumahan dan perubahan iklim, sambil tetap memegang teguh prinsip-prinsip Islam yang inklusif dan menghargai keberagaman.

Setiap slide yang ia tampilkan membawa penonton lebih dekat pada gambaran nyata masa depan yang ia impikan. Sebuah co-living yang bukan hanya tempat tinggal, tapi juga ruang pembelajaran, spiritualitas, dan interaksi yang sehat. Belasan juri mengangguk, beberapa mencatat, tanda bahwa ide Dian benar-benar menggugah perhatian.

Sesi tanya jawab menjadi momen yang paling mendebarkan. Salah satu juri bertanya tentang keberlanjutan finansial model ini, sementara yang lain tertarik pada aspek sosial yang dibawa oleh konsep tersebut. Dian menjawab setiap pertanyaan dengan mantap, membuktikan bahwa ide ini bukan hanya gagasan kosong, tapi solusi konkret yang siap diwujudkan.

Di akhir presentasi, tepuk tangan menggema memenuhi ruangan. Meski belum menjadi pemenang yang menadpat tiket ke Berlin, Dian merasa bersyukur. Dia tahu bahwa hari itu, ia telah melakukan yang terbaik—membawa ide besar tentang sustainable Islamic co-living ke hadapan dunia, dan membuka mata banyak orang tentang potensi yang dimiliki konsep ini untuk masa depan.

Post Navi

Posting Komentar

0 Komentar